Aksara pegon merupakan huruf Hijaiyah (abjad Arab) yang dimodifikasi untuk menulis tulisan berbahasa Jawa, Sunda, atau Indonesia. Sebagian besar huruf Jawa dan Indonesia sudah ada padanannya dalam abjad Arab (huru Hijaiyyah). Akan tetapi ada beberapa huruf Jawa dan Indonesia yang tidak ada padanannya dalam abjad Arab seperti huruf “c
”, “ng
”, “p
”, “ny
” dan “g
”. Keempat huruf pertama ditulis dengan menambahkan titik tiga pada huruf Arab “ح”, “ع”, “ف”, dan “ى”. Adapun huruf “g
”, ditulis dengan huruf “ك” yang ditambah satu atau tiga titik di bawahnya.
Dalam aksara Pegon;
- huruf “
c
” ditulis dengan huruf “چ” - huruf “
ng
” ditulis dengan huruf “ڠ” - huruf “
p
” ditulis dengan huruf “ڤ”
Ketiga huruf Pegon di atas biasanya tidak kita temukan pada keyboard Arab (ar). Sebagai alternatifnya kita dapat memanfaatkan keyboard Indonesia (Arab Melayu).
Pengertian Abjad Pegon
Abjad Pegon (Bahasa Jawa/Bahasa Sunda: ابجد ڤيݢون, Abjad Pégon; Bahasa Madura: أبجاْد ڤٰيغو, Abjâd Pèghu) adalah abjad Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa, Madura, Sunda. Kata pegon berasal dari kata berbahasa Jawa pégo yang berarti "menyimpang". Sebab bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim. Selain itu bisa jadi karena penulisan abjad Pegon ditulis secara miring (menyimpang).
Aksara Pegon masih berkerabat dengan abjad Jawi. Perbedaan utama dengan Jawi adalah di dalam Pegon terdapat beberapa huruf tambahan untuk merepresentasikan beberapa konsonan dalam bahasa Jawa yang tidak dapat diwakilkan oleh abjad Arab standar dan abjad Jawi. Abjad Sorabe yang pernah digunakan untuk menulis bahasa Malagasi di Madagaskar, diyakini diturunkan dari Abjad Pegon.
Sejarah Aksara Pegon
Pegon sendiri digunakan di kalangan umat Muslim, yang hidup dari pendidikan agama di pesantren. Pegon sendiri muncul bersama Islam di Jawa. Pada saat itu, orang-orang Jawa masih menggunakan aksara Kawi dan aksara Jawa untuk menuliskan teks berbahasa Jawa klasik, dan aksara Sunda kuno untuk menuliskan bahasa Sunda Klasik. Ketika Islam masuk ke Pulau Jawa, penggunaan abjad Arab sangat diintensifkan, karena dibutuhkan untuk memaknai kitab-kitab Al-Qur'ān, tafsirnya, serta kitab-kitab ḥadiṡ. Untuk berkomunikasi dengan orang Jawa yang menuturkan bahasa Jawa, para 'ulama kemudian mengadaptasi abjad Arab yang digunakan olehnya sebagai bahasa sehari-hari ke dalam bahasa Jawa. Mereka menulisnya agar orang-orang Jawa lebih mudah dalam memahami agama, terlebih metode dakwah keliling saat itu masih lazim untuk menyiarkan Islam. Di era Wali Songo, contoh kitab misalnya Suluk Sunan Bonang, yang diyakini merupakan buah karya Sunan Bonang.
Di wilayah Melayu sendiri, abjad yang masih bersaudara dengan Pegon adalah abjad Jawi, digunakan untuk menulis bahasa Melayu. Dalam perkembangannya, seluruh lembaga pendidikan agama Islam di Jawa maupun Sumatra menggunakan kitab-kitab dengan abjad Arab, baik dalam bahasa Arab sendiri maupun bahasa-bahasa yang dipakai di daerah setempat, utamanya bahasa Melayu, Jawa, sampai Thailand Selatan.
Pegon sendiri berbeda dengan aksara Jawi. Aksara Pegon digunakan secara eksklusif hanya untuk urusan-urusan keagamaan. Sedangkan Aksara Jawi digunakan untuk segala hal, baik yang bersifat sakral ataupun sekular.
Sayangnya, abjad Arab asli ini tidak mendukung fonem-fonem bahasa Jawa seperti e atau o, ca, dha, tha, nga, pa, ga, dan nya. Pada akhirnya, di samping mengadopsi huruf-huruf asli Arab, abjad ini juga mengadopsi abjad Persia yang memiliki fonem-fonem tersebut selain dha dan tha. Pada akhirnya, huruf-huruf baru diciptakan, yang diyakini diturunkan dari abjad Persia seperti ca dan gaf. Huruf-huruf lainnya diyakini diciptakan berdasarkan huruf asli Arab, misalnya pa dari fa' yang diberi tiga titik, atau ca dari jim diberi tiga titik. Pada masa lalu, Pegon ditulis dengan harakat untuk membedakan e dan o, namun saat ini abjad Pegon sudah tidak lagi menggunakan harakat (beberapa orang menyebut ini Gundhil). Karena abjad ini digunakan untuk menulis bahasa Jawa, maka orang Arab tidak mampu membaca teks ini sebelum mampu mempelajari bahasa Jawa karena ada huruf-huruf yang dianggap "asing" bagi mereka.
Saat ini huruf Pegon di Jawa dipergunakan oleh kalangan umat Muslim, terutama di pesantren-pesantren. Biasanya ini hanya dipergunakan untuk menulis tafsiran atau arti pada Al-Qur'ān, tetapi banyak pula naskah-naskah manuskrip cerita yang secara keseluruhan ditulis dalam Pegon. Misalkan naskah-naskah Serat Yusup.
Daftar aksara
Transkripsi didasarkan pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987.
Konsonan
Warna kuning menunjukkan aksara tersebut bukan huruf asli Arab.
Abjad Pegon
ح | چ | ج | ث | ت | ب | ا |
ḥā' | ca | jīm | ṡa' | tā' | bā' | 'alif |
س | ز | ر | ڎ | ذ | د | خ |
sīn | zāi | rā' | dha | żāl | dāl | khā' |
ع | ظ | ڟ | ط | ض | ص | ش |
'ain | ẓā' | tha | ṭā' | ḍād | ṣād | syīn |
ڮ | ك | ق | ڤ | ف | ڠ | غ |
gaf | kāf | qāf | pa | fā' | nga | ġain |
ي | ھ | و | ۑ | ن | م | ل |
yā' | hā' | wāu | nya | nūn | mīm | lām |
Harokat
Ketentuan penulisan harokat dalam penulisan Pegon:
- Harokat fatḥah digunakan untuk membedakan fonem i dan é, serta u dan o.
- Penanda konsonan mati dilambangkan dengan huruf tanpa harokat
- Vokal ê dilambangkan dengan simbol pepet ( ٓ ).
- Vokal è dilambangkan dengan simbol alif khanjariah ( ٰ ).
كا كي كو كَي كَو كۤ كٰي أك ka/kå ki ku ké ko kê kè ak - Huruf vokal diawal dilambangkan dengan huruf alif hamzah ( أ ).
أ إ أو إي او اۤ أي A/Å I U É O Ê È - Huruf konsonan rangkap:
كرا كري كرو كرَي كرَو كرۤ كرٰي kra/krå kri kru kré kro krê krè - Huruf vokal rangkap:
كاي كاو كاَي كاَو كاۤ كاٰي كَيِ كَوِ kai kau kaé kao kaê kaè kéi koi - Kaidah menyambung huruf pegon sama dengan menyambung huruf hijaiyah, penulisannya juga dari kanan.
- Kata serapan dari bahasa arab tetap ditulis seperti aslinya. Contoh : kata batin harus ditulis باطن bukan باطين
Contoh kalimat
a. Bahasa Jawa
b. Bahasa Madura
c. Bahasa Sunda
d. Pegon Indonesia
Pada contoh di atas terdapat 5 kata serapan dari bahasa Arab yang harus ditulis sesuai dengan bahasa Arab yaitu:
- Nabi harus ditulis نبي bukan نابي
- Muhammad harus ditulis محمد bukan موهمماد
- Allah harus ditulis الله bukan أللاه
- Makhluk harus ditulis مخلوق bukan ماخلوك
- Wajib Harus ditulis واجب bukan واجيب
Galeri
Contoh-contoh penggunaan abjad Pegon:
Yohanes 3:16 dalam bahasa Sunda. |
Babad Diponegoro ditulis dalam abjad Pegon, koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. |
Koin Kesultanan Banten, pada masa Pangeran Ratu Ing Banten (1552-1596). |
Catatan
Juga disebut sebagai Abjad Arab-Jawa, Abjad Arab-Madura, atau Abjad Arab-Sunda.
Referensi
- Himmelmann 2004.
- Simon 2006.
- Poerwadarminta 1939, hlm. 481.
- "KHAS–Katakan dengan Pegon (2)". Diakses tanggal 05 September 2019.
- Jamaluddin, Jamaluddin; Alfian, Rahman Latif; Mujahidah, Affaf; Wiwaha, Kurnia Sari (02 Januari 2023). "PENULIS KITAB PEGON DI JAWA ABAD XX: BIOGRAFI KIAI ASRORI AHMAD DAN KARYA-KARYANYA". Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam. 19 (2): 145–158. doi:10.15575/al-tsaqafa.v19i2.20787. ISSN 2654-4598.
- "BUDAYA–Mengenal Aksara Arab Pegon: Simbol Perlawanan dan Pemersatu Ulama Nusantara". Diakses tanggal 05 September 2019.
- Tjandrasasmita, Uka. (2006). Kajian naskah-naskah klasik dan penerapannya bagi kajian sejarah Islam di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Departemen Agama RI. ISBN 9789797971038. OCLC 225432054.
- Hazmirullah (31 Oktober 2022). "Lantas, Pegon Berkelindan dengan Budaya Jawa". Pikiran Rakyat. hlm. 7.
- "Huruf Pegon, Sarana Kreativitas Umat Islam di Jawa Masa Lalu". Poskota News (dalam bahasa Inggris). 2016-07-01. Diarsipkan dari versi asli tanggal 05 September 2019. Diakses tanggal 05 September 2019.
- https://anri.sikn.go.id/index.php/surat-keputusan-bersama-menteri-agama-dan-menteri-pendidikan-dan-kebudayaan-ri-nomor-158-th-1987-nomor-0543b-u-1987-tentang-pembakuan-pedoman-transliterasi-arab-latin
Daftar pustaka
Poerwadarminta, W.J.S (1939). Baoesastra Djawa (dalam bahasa Jawa). Batavia: J.B. Wolters. ISBN 0834803496.
Pedoman
- Danil-Barr, Abu M. Ghithrof. Al-Itqan: Pedoman Baca Tulis Arab Pegon. Pekalongan: Rofaq Muhda.
- Nitisastro (1933). Patokanipoen basa Djawi kaserat aksara Arab (Pegon) (dalam bahasa Jawa). Surabaya: Peneleh.
Anda mungkin tertarik artikel ini :
Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Cara Mudah Menulis Aksara Pegon Bahasa Jawa, Sunda dan Indonesia, jangan lupa + IKUTI website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat. Simak artikel kami lainnya di Google News.